Pelajaran dari Billy Mckibben, Pendiri 350.org: Jangan Hanya Bikin Acara Lingkungan

 Oleh: Valentina Djaslim
Billy McKibben adalah orang sibuk.  Sebentar dia jadi pembicara di berbagai seminar lingkungan atas nama 350.org. Lain waktu, dia menulis di Huffington Post, The Guardian, Rolling Stone dan berbagai media lainnya. Belum lagi dua buku yang karangannya tentang bumi ini. Tapi awal April 2013, McKibben masih nekat ikut protes massa ke jalan di Vermont, Amerika, meski hal itu mungkin akan mengirim dia ke penjara karenanya.
“Kita perlu mengurangi kekuatan dari industri (bahan bakar fosil). Itu kenapa hal-hal seperti melakukan kampanye seperti ini sangat penting,” kata McKibben, menjelaskan kenekatannya itu.
McKibben mengakui, hingga kini Pemerintah Amerika masih menjadi salah satu biang keladi pemblokade negosiasi perubahan iklim dunia. Juga, terkenal sebagai salah satu negara pengguna bahan bakar fosil paling banyak di bumi. Namun sejarah justru mencatat gerakan lingkungan Paman Sam adalah salah satu yang paling vokal di dunia.
Dipotong langsung dari masa revolusi industri, sejak abad 19 Amerika telah punya John Muir, seorang sastrawan yang memiliki visi konservasi alam liar. Selain itu, Presiden Amerika ke-26, Theodore Roosevelt juga dikenal sangat mencintai alam liar dan mendukung upaya pelestariannya.
Namun titik penting gerakan hijau di Amerika baru terjadi pasca Perang Dunia ke-2,  saat modernisasi merajalela. Saat itu masyarakat Amerika mulai mengenal tenaga nuklir dan bahayanya, polusi udara dan ribuan zat-zat kimia lainnya yang mengotori bumi. Salah satu pioner gerakan hijau Amerika yang terkenal adalah Rachel Carson, yang pada 1962 menulis “Silent Spring”, dengan berargumen bagaimana pestisida kimia mulai menghilangkan populasi burung, serangga dan hewan lainnya. 
Silent Spring ini jugalah yang jadi pegangan Presiden Amerika ke-35 John F Kennedy, saat dia berdebat mengangkat masalah lingkungan semasa kampanye politiknya. Isu-isu lingkungan pun semakin merasuk ke dunia politik Paman Sam, terutama di antara Partai Demokrat yang salah satu aktivis lingkungan terkininya adalah Al Gore, Wakil Presiden Amerika ke-45. 
Namun tetap saja politik Amerika memiliki “Dinasti Texas”, yang mengeruk kekayaan dari bahan bakar fosil. Mereka tidak rela jika Amerika berpindah dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan. Tarik ulur ini jugalah yang kemudian dipercaya jadi latar belakang Amerika mengulur-ulur negosiasi perubahan iklim dunia. Juga, jadi alasan Presiden Barack Obama memikirkan lagi kemungkinan pemasangan pipa minyak Keystone XL milik perusahaan Exxon dari Alberta, Kanada ke Texas, Amerika. Sekalipun masyarakat Amerika masih trauma dengan tumpahan minyak dari pipa Trans Alaska milik British Petroleum dan ledakan pipa gas di California.
Namun bagi McKibben, Dinasti Texas ini justru jadi alasan utama mengapa dirinya dan aktivis-aktivis hijau Amerika harus tetap gencar berkampanye. “Ya, pemerintah masih memegang kuasa atas industri bahan bakar fosil; tapi kita dapat melakukan hal seperti memperlambat pemasangan pipa Keystone, kita masih harus mengurangi kekuatan industri ini,” kata McKibben.
Menurut dia, semakin gencar Dinasti Texas mengakar di Pemerintah Amerika, maka harus makin banyak pula kampanye hijau yang dilancarkan para aktivis di penjuru negara itu. Jadi jangan heran, sekalipun McKibben sudah berstatus presiden sebuah organisasi global, tapi dia tetap akan turun ke jalan berteriak-teriak minta bumi diselamatkan.
Bagi seorang Billy McKibben, kampanye lingkungan artinya melakukan yang satu tapi tak melupakan yang lain. Menjadi pejuang lingkungan, berarti harus mengandalkan kreatifivitas agar jangan terjebak hanya membuat serentetan acara lingkungan semata. “Gunakan seni dan musik. Berpikirlah kreatif dan bersenang-senanglah. Organisasikan secara luas dan selalu berhubungan dengan aktivis-aktivis dari negara lainnya. Buatlah pesan yang sederhana tapi tajam!”, kata dia.
Khusus melihat Indonesia, McKibben menyarankan agar para aktivis lingkungan nusantara jangan terjebak dalam stigmata hijau. McKibben menyoroti banyaknya aktivis-aktivis hak asasi manusia dan masyarakat adat di Indonesia yang sebenarnya melakukan kampanye tentang perubahan iklim. Baik mereka sadari maupun tidak. “Bagaimana caranya sekarang, gerakan hijau di negara ini dapat benar-benar bersinergi dengan mereka?”, kata McKibben.
Menurut dia, cara paling jitu bersinergi dengan berbagai kelompok aktivis lainnya ini adalah dengan menyadari hijau itu tidak abstrak. Masalah lingkungan adalah masalah tentang manusia. “Jadi dengarkanlah mereka, cari cara bagaimana kamu dapat menolong, dengan cara yang paling menarik perhatian mereka,” kata McKibben.
Data Badan Stastistik menyatakan jumlah orang berusia di atas 65 tahun di Indonesia hanyalah 10 persen dari jumlah penduduk. Ini berarti, Indonesia berkelimpahan para pemuda dalam usia produktifnya. Menurut McKibben, melibatkan orang-orang muda dalam gerakan hijau adalah penting, dan peluang ini terbuka lebar untuk Indonesia. “Orang muda itu tidak takut terhadap perubahan, tidak lama terjebak dalam kebiasaan lama, jadi berubah ke panel solar atau ke kincir angin, bukanlah hal yang menakutkan bagi mereka,” kata McKibben, beralasan.
McKibben lantas mengangkat fakta gamblang kenapa orang-orang muda potensial masuk ke dalam gerakan hijau. Mereka masih akan tetap hidup 60-70 tahun ke depan. “Banyak dari orang-orang tua yang kita tahu sekarang, tak sadar kalau mereka akan mati saat kita melihat efek buruk pemanasan global. Tetapi orang-orang muda seperti kamulah yang akan langsung merasakannya sendiri,” kata dia.
Punya kepentingan akan masa depan  mereka di bumi ini, bukan berarti para pemuda Indonesia dapat langsung terjun  jadi aktivis tanpa misi atau organisasi yang jelas. McKibben menyarankan agar para aktivis mengambil suatu tema yang dapat menghubungkan semua komunitas yang ada. Di antara para aktivis lingkungan dunia saat ini misalnya, disepakati tema “Darurat Menentang Bahan Bakar Fosil”. Dengan dasar tema ini McKibben menyatakan para aktivis lingkungan dunia dapat bersatu berjuang untuk sesuatu yang pasti dan global. Apapun latar belakang organisasi mereka atau dari mana pun asal mereka..
Tapi akhirnya, apakah kita tetap harus menjadi begitu radikal ala McKibben? Apa tak cukup membuat kampung peduli lingkungan atau komunitas hijau di sana-sini saja?
 “Mungkin akan cukup, kalau kita masih punya banyak waktu. Tapi dengan es di Antartika yang meleleh dan permukaan air laut yang semakin naik, kita perlu membuat komunitas dan planet kita lebih baik pula. Kita tak bisa memilih melakukan yang satu dan tidak yang lain”, kata McKibben.
Menurut dia, gerakan hijau di negara sebesar Indonesia akan bersuara banyak di dunia internasional, dan juga mempengaruhi keputusan Pemerintah Indonesia sendiri. “Kita harus membuat para pemimpin kita mengerti bahwa kita tak lagi dapat menerima mereka tak berbuat apa-apa untuk bumi ini. Saya harap gelombang gerakan global juga akan menolong Indonesia!,” kata dia.*

Dimuat di Greeners, April 2013

0 Response to "Pelajaran dari Billy Mckibben, Pendiri 350.org: Jangan Hanya Bikin Acara Lingkungan "

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Mas/mb
Kami senang Jika anda berkenan