MANAJEMEN KONFLIK




KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah  penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT Yang telah melimpahkan taufik, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.
Makalah yang berjudul “Manajemen Konflik” ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan yang telah diberikan kepada kami dan juga sebagai salah satu media pembelajaran bagi penyusun dan para pembaca. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1.      Bapak Zamroni selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan.
2.      Teman-teman Pendidikan IPS NR 2009 serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang ada pada diri penyusun, untuk itu kritik dan saran dari para pembaca sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah dimasa mendatang. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Konflik sebenarnya sesuatu yang alamiah, yang dalam batas tertentu dapat bernilai positif terhadap perkembangan sekolah, tetapi harus dikelola dengna biak dan hati-hati, sebabab jika melewati batas dapat menimbulkan akibat yang fatal. Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di sekolah harus dapat mengelola konflik dengan baik, sehingga memberikan manfaat yang positif dan terhindar dari akibat yang negatif.
B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian konflik dan bagaimana tingkatan konflik di sekolah?
2.    Bagaimana tahapan terjadinya konflik di sekolah?
3.    Bagaimana proses penyelesaian konflik dan strategi dalam menyelesaikan konflik yang efektif di sekolah?
4.    Apa saja tahapan yang dilakukan agar pengelolaan konflik dapat memberikan dampak positif?
5.    Apa dampak positif dan negatif dari konflik?
C.  Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui pengertian konflik dan tingkatan konflik di sekolah.
2.    Untuk mengetahui tahapan terjadinya konflik di sekolah
3.    Untuk mengetahui proses penyelesaian konflik dan strategi dalam menyelesaikan konflik yang efektif di sekolah
4.    Untuk mengetahui tahapan yang dilakukan agar pengelolaan konflik dapat memberikan dampak positif
5.    Untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari konflik.



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Konflik
Menurut Nardjana (1994) Konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4).
Konflik adalah suatu perselisihan atau perjuangan di antara dua pihak (two parties) yang ditandai dengan menunjukkan permusuhan secara terbuka ada atau menganggu dengan sengaja pencapaian tujuan pihak yang menjadi lawannya. Konflik antar pribadi dan antar kelompok, dalam batas-batas tertentu, terjadi dalam setiap organisasi dan merupakan suatu bagian yang dialami dalam pergaulan sosial.
Menurut Wijono( 1993 : 37) Ciri-ciri Konflik adalah:
1.    Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan
2.    Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan
3.    Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti: status, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik: sandang- pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan aktualisasi diri
4.    Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut
5.    Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.

 B.  Tingkatan Konflik
Konflik dapat terjadi pada semua tingkat, misalnya:
1.    Konflik Intrapersonal yaitu konflik yang terjadi di dalam diri seseorang. Misalnya, konflik antara ingin mengutamakan tugas sekolah dan acara keluarga
2.    Konflik Interpersonal yaitu konflik antara dua individu atau lebih. Misalnya konflik antara dua orang guru
3.    Konflik Intragroup yaitu konflik dua atau beberapa orang dalam satu group. Msalnya konflik yang terjadi pada beberapa siswa dalam tim bola voli di sekolah
4.    Konflik Intergroup yaitu konflik antarkelompok. Misalnya konflik antara tim voli dan tim paduan suara
5.    Konflik Intraorganisasi yaitu konflik antarunit dalam suatu organisasi. Misalnya, konflik antara unit perpustakaan dengan tatausaha. Tentu saja yang mengalami konflik adalah orang, tetapi dalam hal ini orang tersebut “mewakili” unit kerja tertentu
6.    Konflik Interorganisasi, misalnya konflik yang terjadi antar dua sekolah atau antara sekolah dengan instansi tertentu.

 C.  Tahapan terjadinya konflik di Sekolah
Konflik dapat terjadi melalui lima tahap, yaitu:
1.    Tahap Laten (potensial) yaitu adanya perbedaan factor individu, perbedaan organisasi dan lingkungan yang merupakan potensi munculnya konflik
2.    Jika perbedaan semacam itu dirasakan oleh individu, konflik memasuki tahap kedua yang disebut tahap konflik terasakan
3.    Konflik terasakan dapat berkembang menjadi perbedaan pendapat yang saling bertentangan. Pada tahap ini konflik sudah mulai terwujud
4.    Jika perbedaan pendapat semacam itu kemudian diikuti dengan permusuhan secara terbuka, maka konflik memasuki tahap konflik terbuka
5.    Jika konflik terbuka terjadi, tetapi terkelola dengan baik akan dapat menimbulkan keuntungan, misalnya terjadi saling tukar ide dan mendorong kreativitas. Akan tetapi, jika tidak terkelola dengan baik, sehingga melampaui batas tertentu akan menimbulkan kerugian, misalnya saling permusuhan yang terus berlanjut.

D.  Kecenderungan Proses Penyelesaian
Terdapat lima kecenderungan proses alamiah dalam penyelesaian konflik, yaitu: kompetisi, kolaborasi, kompromi, penghindaraan dan penyesuaian diri. Kecenderungan tersebut merupakan interaksi antara dimensi kerja sama dan kegigihan dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, dan digambarkan dalam matriks sebagai berikut:

(II)
Kompetisi atau Pemaksaan

(II)
Kolaborasi atau Pemecahan Masalah

(II)
Kompromi

(I)
Penghindaraan diri

(I)
Penghindaraan diri






K
E
G
I
G
I
G
I
H
A
N







KERJA SAMA

Jika kegigihan dan kerja sama pihak-pihak yang terlibat rendah, biasanya mereka berusaha menghindarkan diri, sehingga konflik tidak tampak (I)
Jika pihak-pihak yang terlibat konflik sangat gigih dan sulit untuk bekerja sama, maka akan terjadi kompetisi untuk menang. Pihak yang kuat akan menang dan memaksakan kehendaknya kepada yang lemah (II)
Jika kemauan kerja sama di antara mereka sangat baik, tetapi kegigihannya rendah, biasanya akan terjadi penyesuaian diri. Yang dipentingkan terjaganya hubungan antarindividu, sedangkan prinsip/konsep dinomorduakan (III)
Jika kegigihan maupun kerja sama antarpihak yang terlibat konflik sedang-sedang saja akan terjadi kompromi antara keduanya (IV)
Jika kegighan mereka tinggi, dan kemauan untuk bekerja sama juga tinggi, maka akan terjadi kolaborasi untuk mencari pemecahan masalah yang menyebabkan terjadinya konflik (V). pola inilah yang biasanya memberikan penyelesaian yang terbaik.

E.   Strategi Penyelesaian Konflik yang Efektif
Ada empat strategi untuk menyelesaikan konflik yang fektif di sekolah, yaitu teknik konfrontasi, menggunakan gaya tertentu, perbaikan paraktik organisasi dan perubahan peran dan struktur organisasi
1.    Teknik Konfrontasi, yaitu jika diinginkan penyelesaian yang sama menguntungkan (win-win). Pendapat/konsep menyebabkan konflik didiskusikan untuk mendapatkan solusinya. Untuk itu dapat digunakan teknik bargaining (negosiasi), dengan bantuan mediasi pihak ketiga atau menggunakan keputusan integratif
2.    Gaya penyelesaian tertentu diterapkan jika diinginkan penyelesaian secara alamiah. Pada pokoknya konflik dibiarkan sehingga terjadi penyelesaiannya mengikuti lima kecenderungan
3.    Perbaikan praktik organisasi diterapkan jika dari evaluasi ditemukan bahwa konflik terjadi akibat praktik organisasi sekolah yang kurang tepat. Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah antara lain: perbaikan tujuan/sub tujuan sekolah, klarifikasi tugas/wewenang setiap personel. Pemyempurnaan kebijakan, rotasi personel dan melakukan pelatihan jika memang diperlukan
4.    Perubahan struktur organisasi diterapkan jika konflik diakibatkan oleh struktur organisasi yang kurang baik (bukan sekedar praktiknya yang salah).

F.   Tahapan Pengelolaan Konflik Agar Dapat Berdampak Positif
Ada tiga tahapan dalam mengelola konflik, yaitu:
1.    Perencanaan analisis konflik. Pada tahap ini dilakukan identifikasi konflik yang terjadi, untuk menentukan sumber penyebab dan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik tersebut. Jika konflik sudah dalam tahap terbuka akan dapat  mudah dikenali, tetapi jika masih dalam tahap potensi (tersembunyi) perlu diberi stimulus akan menjadi terbuka dan dapat dikenali.
2.    Evaluasi Konflik. Pada tahap ini dilakukan evaluasi apakah konflik tersebut sudah mendekati titik patah, sehingga perlu diredam agar tidak menimbulkan dampak negative. Atau konflik tersebut masih berada pada sekitar titik kritis yang justru menimbulkan dampak positif. Atau justru baru dalam tahap tersembunyi, sehingga perlu diberi stimulus agar mendekati titik kritis dan memberikan dampak positif.
3.    Memecahkan Konflik. Pada tahap ini kepala sekolah mengambil tindakan unutk mengatasi konflik yang terjadi, termasuk stimulus jika memang konflik masih dalam tahap tersembunyi dan perlu dibuka.

G.  Dampak Positif dan Dampak Negatif Konflik
Dampak Positif Konflik:
1.    Memungkinkan ketidakpuasan yang tersembunyi muncul ke permukaan sehingga sekolah sebagai suatu organisasi dapat melakukan penyesuaian
2.    Mendinamisasikan suatu organisasi sekolah, sehingga tidak berjalan rutin dan statis.
Dampak Negatif Konflik:
1.    Menimbulkan perasaan “tidak enak” sehingga menghambat komunikasi dan bahkan menimbulkan ketegangan
2.    Menimbulkan perpecahan dalam sekolah yang dapat menganggu perhatian guru dan staff dari progam sekolah.
Jadi yang penting bagi kepala sekolah bukan mengelak terhadap adanya konflik, tetapi mengelolanya agar dapat mendorong sekolah menjadi dinamis dan konflik tidak melampaui titik patah yang mengakibatkan terhambatnya program sekolah.
H.  Catatan Penting yang perlu diperhatikan Kepala Sekolah dalam Menerapkan Manajemen Konflik di Sekolah
Ada dan sangat penting:
1.    Jika kepala Sekolah tidak yakin bahwa konflik tersenut benar-benar masih belum mencapai titik kritis, maka demi amannya sebaiknya diambil langkah mencegah, untuk menghindari terjadinya dampak buruk
2.    Penentuan derajat konflik seringkali sulit dan tidak ada standar yang baku, sehingga memerlukan pengalaman untuk memastikannya. Oleh karena itu, jika dirasa perlu Kepala Sekolah dapat berkonsultasi pada pihak lain yang dianggap ahli.


BAB III
PENUTUP
 Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang penting bagi kepala sekolah bukan mengelak terhadap adanya konflik, tetapi mengelolanya agar dapat mendorong sekolah menjadi dinamis dan konflik tidak melampaui titik patah yang mengakibatkan terhambatnya progam sekolah.



DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T. Hani. 1984. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Mastenbroek, Willen. 1987. Conflik Management and Organization Development. Chichester: John Wiley and Sons.
NAESP. 1997. Principal’s Survival Kit: Practical Information on Critical Issues for Elementary and Middle School Leaders. Alexandria: NAESP.
Samani, Muchlas. 2009. Manajemen Sekolah. Yogyakarta: Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta.
Soetoyo, Hendyat dan Achmad Supriyanto. 1997. Manajemen Konflik. Bahan Pelatihan Kepala Sekolah. Jakarta: Dit. Dikmenum.
Wexley, Kenneth N., and Gary A.Yuki. 1992. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Jakarta: Rineka Cipta.




0 Response to "MANAJEMEN KONFLIK"

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Mas/mb
Kami senang Jika anda berkenan