BIOGRAFI MOH. HATTA





BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Mohammad Hatta adalah sosok yang tentu saja sangat feomenal dalam sejarah bangsa ini. Drs. H. Mohammad Hattaadalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Selain sebagai salah atu proklamator kemerdekaan negara ini, dia juga terkenal sebagai pribadi yang intelektual, jujur, sederhana dan mnampakkan komitmennya yang tinggi akan kemerdekaan bangsa ini dan penegakan nilai-nilai demokrasi dan ekonomi politik yang sangat briliant hingga saat ini. Dan salah satu konsepsinya yang paling genial adalah koperasi.
Dr. Drs. H. Mohammad Hatta, lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902 – wafat 14 Maret 1980 dalam umur 77 tahun di Jakarta.Bung Hatta lahir dari keluarga Ulama Minangkabau, Sumatera Barat. Pada tahun 1921 Hatta tiba di Negeri Belanda untuk belajar pada Handels Hoge School di Rotterdam  Bung Hatta pergi ke Belanda untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Belanda, beliau kemudian tinggal selama 11 tahun di Belanda. Sejak tahun 1916, Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karier sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond (JSB) Cabang Padang. Sosok Bung Hatta telah menjadi begitu dekat dengan hati rakyat Indonesia karena perjuangan dan sifatnya yang begitu merakyat.

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana latar belakang keluarga Bung Hatta?
2.      Bagaimana riwayat pendidikan yang dialami Bung Hatta?
3.      Apa saja peran kepemimpinan Bung Hatta?
4.      Apa nilai ketokohan Bung Hatta yang bisa diteladani?

C.  Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui latar belakang keluarga Bung Hatta
2.      Mengetahui riwayat pendidikan Bung Hatta
3.      Mengetahui peran kepemimpinan Bung Hatta
4.      Mengetahui nilai ketokohan Bung Hatta.

 BAB II
PEMBAHASAN
A.  LATAR BELAKANG KELUARGA
Mohammad Hatta, wakil presiden Republik Indonesia yang pertama adalah sosok pemimpin yang berwatak jujur dan disiplin, muslim yang saleh, negarawan yang demokrat, dan ekonom yang berideologi kerakyatan. Kepribadiannya dibentuk dari gen dan lingkungan serta pengalaman hidupnya sedari kecil serta dimatangkan oleh ilmu pengetahuan yang diperolehnya.
Dr. Drs. H. Mohammad Hatta, lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902 – wafat 14 Maret 1980 dalam umur 77 tahun di Jakarta. Istri : (Alm) Rahmi Rachim, Anak: Meutia Farida Hatta, Gemala Rabi’ah Hatta, dan Halidah Nuriah Hatta. Beliau lahir di kota Bukittinggi, Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahanda Hatta adalah Haji Mohammad Djamil, seorang guru mursyid, sebuah persaudaraan sufi atau tarekat di Sumater Barat. Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Ibunda Hatta bernama Siti Saleha. Menurut Hamka, nama Mohammad Hatta berasal dari Muhammad Ata yang diambil dari nama lengkap seorang tokog muslim yaitu Muhammad Ata-Ilah Al-Sakandari, pengarang kitab Al-Hikam. Dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya dari enam saudara di keluarganya.
Bung Hatta lahir dari keluarga Ulama Minangkabau, Sumatera Barat. Ia menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu, Bukittinggi, dan pada tahun 1913-1916 melanjutkan studinya ke Europeesche Lagere School di Padang. Saat usia 13 tahun, sebenarnya ia telah lulus ujian masuk ke HBS di Batavia, namun ibunya menginginkan Hatta agar tetap di Padang dahulu, mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya Bung Hatta melanjutkan studi ke MULO di Padang. Pada Usia 15 tahun Bung Hatta Menjadi Bendahara Jong Sumatra Bond Cabang Padang. Baru pada tahun 1919 ia pergi ke Batavia untuk studi di Sekolah Tinggi Dagang “Prins Hendrik School”. Ia menyelesaikan studinya dengan hasil sangat baik, dan pada tahun 1921 beliau lulus di sekolah tersebut.
Drs. H. Mohammad Hattaadalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Bandar udara internasional Jakarta menggunakan namanya sebagai penghormatan terhadap jasanya sebagai salah seorang proklamator kemerdekaan Indonesia.

B.  PENDIDIKAN TOKOH
Pada tahun 1921 Hatta tiba di Negeri Belanda untuk belajar pada Handels Hoge School di Rotterdam. Bung Hatta pergi ke Belanda untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Belanda, beliau kemudian tinggal selama 11 tahun di Belanda. Pada masa studi di Negeri Belanda beliau mendaftar sebagai anggota Indische Vereniging. Tahun 1922, Saat itu, Indische Vereeniging telah berubah menjadi organisasi pergerakan kemerdekaan.
Hatta mengawali karier pergerakannya di Indische Vereeniging pada 1922, menjadi Bendahara. Penunjukkan itu berlangsung pada 19 Februari 1922, ketika terjadi pergantian pengurus Indische Vereeniging dari Ketua lama dr. Soetomo diganti oleh Hermen Kartawisastra. Momentum suksesi kala itu punya arti penting bagi mereka di masa mendatang, sebab ketika itulah mereka memutuskan untuk mengganti nama Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging dan kelanjutannya mengganti nama Nederland Indie menjadi Indonesia.
Pada masa studinya yang bersamaan Hatta lulus dalam ujian Handels Economie pada Handels Hoge School tahun 1923, Semula beliau bermaksud menempuh ujian doctoral di bidang ilmu ekonomi pada akhir tahun 1925. Karena itu pada tahun 1924 dia non-aktif dalam PI. Tetapi waktu itu dibuka jurusan baru, yaitu hukum negara dan hukum administratif. Hatta pun memasuki jurusan itu terdorong oleh minatnya yang besar di bidang politik.
Antara tahun 1930-1931, Hatta memusatkan diri kepada studinya serta penulisan karangan untuk majalah Daulat Ra‘jat dan kadang-kadang De Socialist. Ia merencanakan untuk mengakhiri studinya pada pertengahan tahun 1932. Sekembalinya ke Tanah Air pada bulan Juli 1932, Hatta berhasil menyelesaikan studinya di Negeri Belanda dan sebulan kemudian ia tiba di Jakarta. Antara akhir tahun 1932 dan 1933, kesibukan utama Hatta adalah menulis berbagai artikel politik dan ekonomi untuk Daulat Ra’jat dan melakukan berbagai kegiatan politik, terutama pendidikan kader-kader politik pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia.
Pemuda Hatta makin tajam pemikirannya karena diasah dengan beragam bacaan, pengalaman sebagai Bendahara JSB Pusat, perbincangan dengan tokoh-tokoh pergerakan asal Minangkabau yang mukim di Batavia, serta diskusi dengan temannya sesama anggota JSB: Bahder Djohan. Setiap Sabtu, ia dan Bahder Djohan mempunyai kebiasaan keliling kota. Selama berkeliling kota, mereka bertukar pikiran tentang berbagai hal mengenai tanah air. Pokok permasalahan yang kerap pula mereka perbincangkan ialah perihal memajukan bahasa Melayu.
C.  PERAN KEPEMIMPINAN
Sejak tahun 1926 sampai 1930, berturut-turut Hatta dipilih menjadi Ketua PI. Di bawah kepemimpinannya, PI berkembang dari perkumpulan mahasiswa biasa menjadi organisasi politik yang mempengaruhi jalannya politik rakyat di Indonesia. Sehingga akhirnya diakui oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia PI sebagai pos depan dari pergerakan nasional yang berada di Eropa. PI melakukan propaganda aktif di luar negeri Belanda. Selama itu, hampir selalu Hatta sendiri yang memimpin delegasi.
Manifesto 1925
Tiga tahun sebelum 1928, para pelajar Indonesia di Belanda menerbitkan Manifsto 1925. Mereka antara lain Moh Hatta, Nazir Pamuntjak, Achmad Soebarjo dan Soekiman. Nazir mengajak Hatta bergabung dengan perkumpulan mahasiswa Hindia di Belanda bernama Indische Vereeniging yang dibangun bersamaan dengan berdirinya Boedi Oetomo.
Mengikuti Nazir, Hatta langsung bergabung dengan Indische  saat ia mampir ke Leiden pada September 1921. Pada tahun 1924 ketika Nazir memimpin Indonesische, nama majalah Hindia Poetra berubah menjadi Indonesia Merdeka. Dalam satu edisi Indonesia Merdeka kala itulah muncul Manifesto 1925. Isinya menyangkut ketegasan sikap:
1.    Rakyat Indonesia sewajarnya diperintah oleh pemerintah yang dipilih mereka sendiri
2.    Dalam memperjuangkan pemerintahan sendiri itu tidak diperluka bantuan dari pihak manapun
3.    Tanpa persatuan kukuh dari berbagai unsur rakyat tujuan perjuangan itu sulit dicapai.
Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia berawal dari didirikannya Indische Vereeniging pada 1908 di Belanda. Pada 1925, Indische Vereeniging berubah menjadi Perhimpunan Indonesi dengan tujuanya yaitu mencapai Indonesia merdeka. Aksi-aksi yang dilakukan menyebabkan Hatta dkk dituduh melakukan pemberontakan terhadap Belanda. PI sangat dipengaruhi oleh gerakan Sinn Fein yang di tahun 1920-an membebaskan Irlandia dari penjajahan Inggris. Hatta dan banyak mahasiswa Indonesia waktu itu memang terpengaruh oleh marxisme, tanpa mempunyai tali dengan komunisme.
Hatta dan pergerakan nasional Indonesia mendapat pengalaman penting di Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial, suatu kongres internasional yang diadakan di Brussels tanggal 10-15 Februari 1927. Di kongres ini Hatta berkenalan dengan pemimpin-pemimpin pergerakan buruh seperti G. Ledebour dan Edo Fimmen, serta tokoh-tokoh yang kemudian menjadi negarawan-negarawan di Asia dan Afrika seperti Jawaharlal Nehru (India), Hafiz Ramadhan Bey (Mesir), dan Senghor (Afrika).
Penangkapan Hatta dan kawan-kawan pada pertengahan tahun 1927 adalah suatu kekonyolan total dari pihak pemerintah Belanda. Dalam Indonesia Vrij, Hata menguraikan pertumbuhan organisasi mahasiswa di negeri Belanda. Hatta mengkritik para penganut aliran asosiasi yang melihat masa depan Indonesia tak terpisah dari negeri Belanda. Karena status anggota PI sebagai mahasiswa membawa posisi mereka tanpa ikatan politik sosial tertentu. Semenjak berakhirnya Perang Dunia I, sentimen anti kolonialis dan imperialis di kalangan pimpinan dan anggota PI semakin menonjol.
Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru)
Keterlibatan Bung Hatta dalam organisasi dan partai poltik bukan hanya di luar negeri tapi sekembalinya dari Belanda beliau juga aktif di PNIyang didirikan Soekarno tahun 1927. Dalam organisasi PNI, Bung Hatta menitik beratkan kegiatannya dibidang pendidikan. Beliau melihat bahwa melalui pendidikanlah rakyat akan mampu mencapai kemerdekaan.
Tak lama setetah PNI bubar, berdirilah organisasi pengganti yang dinamanakan Partindo. Mereka memiliki sifat organisasi yang radikal dan nyata-nyata menentang Belanda. Hal ini tak di senangi oleh Bung Hatta. Karena tak sependapat dengan Partindo beliau mendirikan PNI Pendidikan atau disebut juga PNI Baru. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta bulan Agustus 1932, dan Bung Hatta diangkat sebagai pemimpin.
Organisasi ini berkembang dengan pesat. Organisasi ini mendapat pengikut dari penduduk desa yang ingin mendapat dan mengenyam pendidikan. Di PNI Pendidikan Bung Hatta bekerjasama dengan Syahrir yang merupakan teman akrabnya sejak di Belanda. Hal ini makin memajukan organisasi ini di dunia pendidikan Indonesia waktu itu.Akhirnya ditahun 1934 Partai Nasional Indonesia Pendidikan dinyatakan Pemerintahan Kolonial Belanda di bubarkan dan dilarang keras bersama beberapa organisasi lain yang dianggap membahayakan seperti : Partindo dan PSII.
Pada masa pendudukan Jepang, Hatta diminta untuk bekerja sama sebagai penasehat. Hatta mengetahui, bahwa Kemerdekaan Indonesia dalam pemahaman Jepang berbeda dengan pengertiannya sendiri. Pengakuan Indonesia Merdeka oleh Jepang perlu bagi Hatta sebagai senjata terhadap Sekutu kelak. Karena itulah maka Jepang selalu didesaknya untuk memberi pengakuan tersebut, yang baru diperoleh pada bulan September 1944.
Hatta dan Proklamasi Kemerdekaan
Pada awal Agustus 1945, Panitia Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dengan Soekamo sebagai Ketua dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Ketua. Anggotanya terdiri dari wakil-wakil daerah di seluruh Indonesia, sembilan dari Pulau Jawa dan dua belas orang dari luar Pulau Jawa. Pada tanggal 16 Agustus 1945 malam, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mempersiapkan proklamasi dalam rapat di rumah Admiral Maeda.
Soekarni mengusulkan agar naskah proklamasi tersebut ditandatangi oleh dua orang saja, Soekarno dan Mohammad Hatta. Tangal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia, tepat pada jam 10.00 pagi di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta. Tanggal 18 Agustus 1945, Ir Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Drs. Mohammad Hatta diangkat menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia.
Untuk mencari dukungan luar negeri, pada Juli I947, Bung Hatta pergi ke India menemui Jawaharlal Nehru dan Mahatma Gandhi. Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan protes dan resolusi kepada PBB agar Belanda dihukum. Pada tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag, Bung Hatta yang mengetuai Delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar untuk menerima pengakuan kedaulatan Indonesia dari Ratu Juliana. Bung Hatta juga menjadi Perdana Menteri waktu Negara Republik Indonesia Serikat berdiri. Selanjutnya setelah RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bung Hatta kembali menjadi Wakil Presiden.
Pada tahun 1955, Bung Hatta mengumumkan bahwa apabila parlemen dan konsituante pilihan rakyat sudah terbentuk, ia akan mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden. Niatnya untuk mengundurkan diri itu diberitahukannya melalui sepucuk surat kepada ketua Perlemen, Mr. Sartono. Tembusan surat dikirimkan kepada Presiden Soekarno. Setelah Konstituante dibuka secara resmi oleh Presiden, Wakil Presiden Hatta mengemukakan kepada Ketua Parlemen bahwa pada tanggal l Desember 1956 ia akan meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI.
Pada tanggal 15 Agustus 1972, Presiden Soeharto menyampaikan kepada Bung Hatta anugerah negara berupa Tanda Kehormatan tertinggi "Bintang Republik Indonesia Kelas I" pada suatu upacara kenegaraan di Istana Negara. Bung Hatta, Proklamator Kemerdekaan dan Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia, wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Dr Tjipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77 tahun dan dikebumikan di TPU Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980.
D.  NILAI-NILAI KETOKOHAN
Bung Hatta adalah nama salah seorang dari beribu pahlawan yang pernah memperjuangkan kemerdekaan dan kemajuan Indonesia. Sosok Bung Hatta telah menjadi begitu dekat dengan hati rakyat Indonesia karena perjuangan dan sifatnya yang begitu merakyat. Besarnya peran beliau dalam perjuangan negeri ini sehingga beliau disebut sebagai salah seorang bapak bangsa Indonesia.
Sebagai salah satu sosok tokoh ideal, dengan mencontoh ketokohan Bung Hatta kita harus mampu melihat berapa persen di antara tokoh-tokoh, orang-orang penting, elite politik/elite partai di Indonesia sekarang yang telah memperhatikan kehidupan masyarakat, berapa persen di antara mereka yang sudah melakukan usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat Indonesia baik di bidang ekonomi, pendidikan, politik dan lain-lain.
Berwawasan Kebangsaan
Beliau adalah seorang pahlawan nasional, seorang pejuang dan negarawan sejati yang terus berpikir demi bangsa dan Negara yang dicintainya. Beliau adalah seorang Proklamator Kemerdekaan RI, bersama Bung Karno, berani membubuhkan tanda tangannya pada naskah proklamasi yang mengantarkan kita menjadi bangsa merdeka dan berdaulat, sejajar dengan bangsa-bangsa di dunia.Proklamasi kemerdekaan adalah ungkapan paling lantang akan semangat besar untuk hidup sebagai bangsa yang berdiri sendiri dan tidak dikangkangi penjajah. Proklamasi kemerdekaan, itulah hadiah terbesar yang diterima bangsa Indonesia dari dua tokoh besar yang lahir satu abad silam. Sepanjang hidupnya, Bung Hatta berperilaku senantiasa menampilkan sikap yang santun terhadap siapa pun. Beliau adalah orang yang konsisten menjalankan sikap yang telah diambilnya. Tak perlu heran ketika tiba-tiba Bung Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden RI pada 1 Desember 1956. Beliau menganggap Bung Karno sudah mulai meninggalkan demokrasi dan ingin memimpin segalanya. Sampai kini, nama Bung Hatta tetap baik dan harum di sanubari Bangsa Indonesia.
Berpengetahuan Luas Terutama tentang Hak Asasi Manusia
Hatta adalah sosok yang memberikan kontribusi pemikiran konseptual perihal Hak Asasi Manusia. Ada memang pemikiran Budi Utomo yang berlandaskan HAM, tapi terbatas pada HAM orang Jawa bukan seluruh Indonesia. Hatta telah meletakkan dasar hukum, demokrasi dan HAM sejak mahasiswa di Belanda. Pemikiran dan prinsip tersebut konsisten diperjuangkan Hatta dalam sidang BPUPKI ketika tokoh-tokoh nasional merumuskan naskah UUD 1945.
Demokrasi
Hatta menolak demokrasi yang bertumpu pada kepentingan feodal.. Individualisme ketika itu dianggap penting untuk melepaskan jiwa manusia dari kungkungan buatan manusia, seperti feodalisme dan dominasi agama. Ia menolak demokrasi yang mengutamakan individualisme, karena dalam perkembangan masyarakat kemudian, kaum bermodak adalah pihak yang paling cepat bisa memanfaatkan demokrasi seperti ini. Hatta menginginkan demokrasi yang mengoreksi kekurangan ini. Hak politik harus berada di tangan rakyat. Demokrasi kerakyatan yang didambakan Hatta mempunyai berbagai lapis. Bagi Hatta, keputusan yang demokratis menuntut keterlibatan lebih banyak orang dan demi menyenangkan lebih banyak orang. Demokrasi harus tetap ditegakkan dengan prinsip hukum serta prinsip persamaan hak dan kewajiban semua negara.
Ekonomi Kerakyatan
Setelah mundur dari pemerintahan, Hatta semakin mengembangkan gagasan-gagasan ekonomi politiknya. Pandangan Hatta tentang masalah kebagsaan, seperti loyalitasnya terhadap prinsip demokrasi dan keberpihakannya terhadap nasib rakyat, kemudian diejawantahkan dalam bentuk pemikiran tentang ekonomi kerakyatan. Pemikiran ekonomi kerakyatan sudah bergema sejak Hatta terpilih sebagai ketua Perhimpunan Indonesia pada 1926. Hatta dalam kiprahnya sebagai pejabat negara selalu menekankan pentingnya demokrasi ekonomi kerakyatan yang berbasis pada koperasi, pendidikan politik dan politik luar negeri yang bebas aktif.
Hubungan Islam dan Politik
Hatta mengemban ide agama khususnya Islam dan kebangsaan. Bagi Hatta, berjuang membela tanah air, bangsa dan masyarakat bagi seorang muslim tidak mengandung pilihan lain, karena soal ini menyangkut soal tugas hidup sebagai manusia. Orang-orang Islam sangat mempercayai Hatta, terutama dalam berpolitik. Hatta mengakui bahwa Islam buka semata-mata soal ibadah, melainkan soal ajaran yang ditegakkan pada diri juga masyarakat.
Politik Luar Negeri
Hatta adalah peletak dasar politik luar negeri Indonesia. Politik luar yang ingin dilakukan adalah politik luar negeri bebas aktif. Dengan politik luar negeri bebas aktif, Indonesia memainkan peranan yang cukup besar di panggung internasional dalam dua dekade pertama kemerdekaan. Hatta adalah seorang idelais yang juga sangat pragmatis, sehingga ia mencoba menjalankan politik luar negeri bebas aktif tanpa harus mengorbankan kepentingan ekonomi nasional.

BAB III
PENUTUP

Bung Hatta adalah nama salah seorang dari beribu pahlawan yang pernah memperjuangkan kemerdekaan dan kemajuan Indonesia. Sosok Bung Hatta telah menjadi begitu dekat dengan hati rakyat Indonesia karena perjuangan dan sifatnya yang begitu merakyat. Besarnya peran beliau dalam perjuangan negeri ini sehingga beliau disebut sebagai salah seorang bapak bangsa Indonesia.
Sebagai salah satu sosok tokoh ideal, dengan mencontoh ketokohan Bung Hatta kita harus mampu melihat berapa persen di antara tokoh-tokoh, orang-orang penting, elite politik/elite partai di Indonesia sekarang yang telah memperhatikan kehidupan masyarakat, berapa persen di antara mereka yang sudah melakukan usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat Indonesia baik di bidang ekonomi, pendidikan, politik dan lain-lain.



0 Response to "BIOGRAFI MOH. HATTA"

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Mas/mb
Kami senang Jika anda berkenan