BUDAYA MENCONTEK


BUDAYA MENCONTEK YANG TELAH MENJAMUR DALAM DUNIA PENDIDIKAN
 


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas segala rahmat dan inayahNya kami dapat menyelesaikan Makalah mengenai Budaya Mencontek yang Telah Menjamur di Dunia Pendidikan. Makalah ini disusun dan dipersiapkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sosio-Antropologi Pendidikan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari kekurangan dan keterbatasan kami sebagai penyusun. Ibarat “tak ada gading yang tak retak”, kami senantiasa memerlukan kritik dan saran  yang membangun guna meningkatkan daya cipta dan daya guna makalah ini. Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.


Yogyakarta, 9 Maret 2010

Tim Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN

I.             LATAR BELAKANG
Pendidikan tidak dapat terlepas dari kebudayaan dan masyarakat sebagai pemilik kebudayaan.  Pendidikan merupakan kegiatan melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai yang mengikat kehidupan bersama dalam masyarakat. Sedangkan kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Kebudayaan mulai tampak luntur kehadirannya dalam dunia pendidikan. Tak sedikit para peserta didik tidak mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia. Walaupun memang sadar betul bahwa di Indonesia  memiliki keanekaragaman kebudayaan yang begitu banyak. Terkadang kebudayaan sendiri terasa asing dari pada kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia karena arus globalisasi yangterjadi.
Setidaknya, dalam dunia pendidikan perlu dikembangkan pengetahuan tentang kebudayaan yang ada di Indonesia. Hal ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi para peserta didik sehingga mereka dapat mengenal berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga tidak merasa asing akan kebudayaan sendiri. Hal ini juga untuk proses pelestarian kebudayaan sehingga tidak lagi ada pengakuan kebudayaan Indonesia yang menjadi milik negara lain.
Selain kebudayaan yang mulai meluntur ternyata ada satu kebudayaan negatif yang justru berkembang di dunia pendidikan. Kebudayaan tersebut adalah kebudayaan mencontek. Banyak upaya yang telah dilakukan untuk meminimalisasi atau menghilangkan kebudayaan mencontek tersebut, namun pada kenyataannya kebudayaan tersebut memang telah menjadi kebiasaan jadi sangat sulit untuk menghilangkan budaya tersebut.

 II.          RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian pendidikan?
2.      Apa pengertian kebudayaan?
3.      Apa yang dimaksud dengan mencontek?
4.      Bagaimana hubungan antara mencontek dengan kebudayaan?
5.      Bagaimana budaya mencontek di dunia pendidikan?
6.      Mengapa siswa mencotek bahkan menjadi suatu budaya yang terus berkembang?
7.      Bagaimana penanganan budaya mencontek?

III.       TUJUAN
1.      Mengetahui pengertian pendidikan
2.      Mengetahui pengertian kebudayaan
3.      Mengetahui pengertian tentang budaya mencontek
4.      Mengetahui hubungan antara mencontek dengan kebudayaan
5.      Mengetahui praktek terjadinya budaya mencontek di dunia pendidikan
6.      Mengetahui alasan siswa mencontek
7.      Mengetahui penanganan budaya mencontek





BAB II
PEMBAHASAN

11.1    PENGERTIAN PENDIDIKAN SECARA UMUM
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajardan proses pembelajaran agar peserta didiksecara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan sekarang tidak hanya berlangsung di dalam sekolah saja tetapi dapat dilakukan dalam keluarga dan masyarakat serta lingkungan sekitar. Contoh pendidikan yang terjadi dalam keluarga adalah seperti pendidikan tatakrama yaitu mengajarkan tentang sikap menghormati terhadap orang tua.
Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran. Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan antara lain:
1.      Pendidikan anak usia dini, mengacu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anaksejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikanuntuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut
2.      Pendidikan dasar, merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
3.      Pendidikan menengah, merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
4.      Pendidikan tinggi, adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Jalur pendidikan tersebut antara lain:
1.      Pendidikan formal, merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
2.      Pendidikan nonformal, paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di setiap mesjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua gereja.
3.      Pendidikan informal, adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Jenis pendidikan tersebut amtara lain:
1.      Pendidikan umum, merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: sekolah dasar(SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA)
2.      Pendidikan kejuruan, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah sekolah menengah kejuruan (SMK)
3.      Pendidikan akademik, merupakan pendidikan tinggi program sarjanadan pascasarjanayang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu

11.2    PENGERTIAN KEBUDAYAAN SECARA UMUM
Pengertian kebudayaan disampaikan oleh beberapa ahli, antara lain:
1.      Edward B. Taylor, menyatakan kebudayaan adalah segenap pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan kebiasaan lain yang dikerjakan oleh manusia sebagai bagian dari masyarakat
2.      Koentjaraningrat, menyatakan kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
3.      Clifford Geertz, menyatakan kebudayaan adalah sesuatu yang diperoleh manusia melalui proses belajar (pendekatan simbolik/ interpretatif/satu arah).
Manusia sebagai subjek dapat membentuk nilai-nilai budaya. Manusia dan budaya berinteraksi terus menerus. Manusia mengkonstruksi simbol (ada keterlibatan subjek). Nilai dan simbol yang terkandung dalam suatu budaya senantiasa cair, dinamis, dan bersifat sementara, karena tergantung pada konstruksi manusia yang berada dalam konteks sosial tertentu.
Budaya terdiri dari beberapa komponen kebudayaan, komponen kebudayaan tersebut antara lain:
1.      Material, berisi hasil teknologi dari yang sederhana sampai mutakhir/kompleks
2.      Non Material, berisi pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma tentang bagaimana manusia berinteraksi dan memecahkan masalah.
Dalam kebudayaan terdapat universalisme dan relativisme kebudayaan, maksud dari dua unsur tersebut adalah:
1.      Universalisme budaya, adalah percaya pada hakikat kebudayaan yang bersifat universal. Setiap masyarakat memiliki unsur-unsur kebudayaan yang sifatnya universal.
2.      Relativisme budaya, maksudnya adalah setiap kebudayaan itu unik dan berkembang terus. Tidak ada satu kebudayaan yang statis. Perbedaan di dalam berbagai kebudayaan adalah kompleksitasnya, bukan tinggi rendah derajatnya.
Menurut teori super organis, kebudayaan berada di luar diri individu, merupakan representasi kolektif, dan memiliki hukum yang bersifat memaksa. Kebudayaan merupakan realitas yang terpisah dari diri manusia dan bersifat memaksa manusia (realitas objektif). Implikasi teori super organis pada pendidikan antara lain pendidikan adalah proses di mana kebudayaan mengontrol orang dan membentuknya sesuai dengan tujuan kebudayaan. Ada pengawasan yang ketat dari masyarakat dan pemerintah, agar kepada siswa ditanamkan nilai yang menjamin kelangsungan kebudayaan. Kurikulum sekolah dikembangkan untuk membentuk individu sebagai pendukung kebudayaan.
Menurut teori konseptualis, kebudayaan berada dalam pikiran individu dan individu yang membentuk kebudayaan. Kebudayaan merupakan ekspresi diri manusia, dalam interaksinya dengan lingkungan (ciptaan manusia). Implikasi teori konseptualis pada pendidikan adalah bahwa kebudayaan dipelajari sesuai dengan minat dan perhatian siswa, karena kebudayaan akan menggambarkan kualitas perilaku individu.
Menurut teori realis, kebudayaan merupakan suatu konsep, sekaligus juga sebagai realitas. Kebudayaan diperoleh manusia melalui proses internalisasi (kenyataan subjektif). Implikasi teori realis pada pendidikan adalah bahwa sistem pendidikan dapat melaith individu untuk mempertimbangkan, mengkritisi, dan mengubah kebudayaan sesuai dengan nilai yang mereka butuhkan.
Tali-temali pendidikan dan kebudayaan. Tujuan yang hendak dicapai dengan pendidikan adalah manusia yang manusiawi sesuai dengan potensinya. Kebudayaan hanya dimiliki dan dihasilkan melalui proses belajar. Proses belajar dalam menghasilkan kebudayaan itulah yang merupakan inti pendidikan.
Pendidikan merupakan proses pewarisan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Isi dan proses pendidikan akan memberi bentuk kepribadian yang tumbuh, dan pribadi inilah yang akan menjadi pendukung, pewaris, dan penerus kebudayaan.
Pendidikan harus dikembalikan kepada fungsi imperatifnya, yaitu menanamkan nilai-nilai budaya dan budi pekerti. Ketidakmampuan pendidikan melakukan integrasi nilai budaya dan budi pekerti, menyebabkan masyarakat rentan terhadap pengaruh negatif budaya lain. Perlunya pendidikan melakukan hibridasi terhadap local wisdom yang telah dimiliki sejak dulu.

11.3    PENGERTIAN MENCONTEK SECARA UMUM
Ketika kata “mencontek” terdengar, berjuta makna dan persepsi terjuntai. Ada yang mengatakan hal itu baik (positif), tidak baik (negatif), atau bahkan ada yang mengatakan mencontek itu seperti bunga – bunga ditaman yang kalau tidak ada akan terasa hampa dunia pendidikan sekarang ini. Alangkah baiknya kalau kita menguraikan satu persatu masalah mencontek ini, masalah yang telah menjadi Masalah Sosial dan Budaya , yang sekarang telah menjamur hampir kesemua kalangan. Mencontek itu kegiatan yang dilakukan oleh individu, untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, tetapi hasil yang ia dapat bukan merupakan cerminan kemampuan ia sesungguhnya.
Guru merupakan garda paling depan dalam membentuk peserta didik yang cerdas secara intelektual, dan terampil. Banyak konsep dan teori yang diberikan kepada peserta didik tanpa mempertimbangkan itu bermanfaat, sesuai dengan minat dan kebutuhan, serta lingkungan siswa. Peserta didik yang pandai tidak mengalami kesulitan walaupun banyak konsep dan teori. Akan tetapi, peserta didik yang kemampuannya tergolong sedang, bahkan lemah ini menjadi beban dan tekanan psikis. Mereka akan merasa takut, stres, dan tidak tenang. Kalau dia sudah dihinggapi tekanan psikis, mau tidak mau jalan terbaik baginya mencontek.
Jadi, sangat tidak proporsional guru menilai kecerdasan anak hanya berdasarkan pada mampu tidaknya menjawab pertanyaan ujian atau ulangan karena kuat menghafal. Yang tidak bisa menghafal divonis tidak pandai. Di sinilah guru ataupun peserta didik terjebak. Mereka sama-sama mengejar angka-angka (nilai) sebagai simbol kepandaian, padahal hasilnya menghafal. Pun tidak sekadar menghafal, tetapi masih dibantu oleh kepandaian ”mencontek”.
Pendidikan dan pembelajaran perlu reorientasi kembali. Ia tidak sekadar mengagungkan angka-angka (nilai) di atas kertas karena hasil menghafal dan mencontek (konsep dan teori). Apa gunanya selama proses belajar mempunyai banyak konsep dan teori, tetapi peserta didik tidak mampu menerapkannya dalam hidup yang praktis. Sekarang saatnya kita menerapkan model pembelajaran yang interdisiplin ilmu. Model ini menghendaki guru mengadakan kolaborasi antarmata pelajaran sehingga menstimulasi cara berpikir yang kritis dan kreatif para peserta didik.

11.4    HUBUNGAN ANTARA MENCONTEK DENGAN KEBUDAYAAN
Budaya merupakan hasil dari cara berpikir dan kebiasaan seseorang dan kelompok. Sungguh menyenangkan bukan, anda tidak perlu kerja keras, dan anda sudah mendapatkan sesuatu itu. Dan ketika anda ditanya, apakah ingin mendapatkan hal menarik lain lagi, tanpa usaha, tanpa kerja keras, tanpa keringat. Lalu ketika anda melakukan kegiatan itu secara kontinu atau terus menerus sehingga terbiasa, hal itu akan menjadi suatu budaya. Predikat yang dapat orang lain sematkan kepada anda sebagai  budaya anda.
Dan yang pasti yang anda juga ketahui adalah ketika seseorang mencontek, secara tak langsung prosesnya juga berlangsung relatif sama dengan proses. Anda melakukannya dan anda ketagihan dan akhirnya itu menjadi budaya anda. Budaya Mencontek memang itu tidak disadari oleh orang yang bersangkutan secara langsung, tapi akan dirasakan “khasiatnya” kemudian.

11.5    BUDAYA MENCONTEK DI DUNIA PENDIDIKAN
Salah satu hal yang teringat dikala masa masih menuntut ilmu di bangku sekolah dan kuliah adalah saat ujian, guru kita pasti memperingatkan supaya jangan saling mencontek sehingga apabila saat ujian itu terbukti mencontek, maka pastilah akan mendapat sanksi hukuman, mulai yang ringan yaitu berupa peringatan sampai yang terburuk adalah dianggap tidak lulus ujian tersebut. Itulah realita yang dihadapi oleh kita semua pada saat berada dibangku sekolah atau kuliah.
Satu pertanyaan kemudian timbul dalam diri, benarkah memang yang dinamakan contek mencontek adalah suatu hal yang harus dihindari bahkan itu adalah suatu yang akan berdampak buruk bagi pelakunya apabila ini sudah jadi budaya? Kalau itu menjadi pertanyaan, maka kita harus melihat budaya ini dari beberapa sisi yang berbeda sehingga bisa memahami dengan sebenar-benarnya serta lebih objektif
Dari satu sisi, kenapa dianggap sesuatu kesalahan besar, apalagi jika diterapkan waktu ujian? Hal ini didasarkan pada penilaian apabila melakukannya berarti pelakunya adalah seorang pemalas, tidak paham pada pelajaran tersebut, sehingga dianggap ini adalah jalan pintas bagi pelaku supaya mendapat nilai yang baik dalam ujian tersebut. Memang inilah yang banyak melandasi orang untuk akhirnya mencontek, dan kalau kita lihat dari sisi ini memang suatu hal yang bermakna jelek bagi pelakunya.
Tapi dari sisi yang lain secara tidak langsung, larangan ini berdampak hal yang kurang baik bagi perkembangan perilaku seseorang, kenapa demikian? Kita lihat saja kondisi sekarang, kenapa ujian itu tidak diperkenankan mencontek, karena materi yang diberikan saat ujian adalah materi yang benar-benar bersifat hafalan sesuai buku acuan. Hal ini secara tidak langsung sebenarnya apabila menjadi suatu kebiasaan, secara tidak langsung akan membunuh kreatifitas seseorang, karena akan lebih terpaku pada apa yang ada dalam buku, monoton, tanpa penalaran. Aplikasi dalam kehidupan adalah akan membentuk jiwa orang yang kaku dalam berkomunikasi dan berekspresi, ini bisa dibuktikan sendiri.
Sehingga orang yang melihat realita tersebut akhirnya sekarang dengan kreatifitasnya menciptakan suatu metode yang tidak menghilangkan esensi materi dan di satu sisi juga menumbuhkan daya nalar, yaitu sering kita lihat banyak ujian dikerjakan secara kelompok, atau dengan diperbolehkan membuka buku (Open Book) bahkan ada yang soal ujian itu bisa dikerjakan di rumah. Kesemuanya itu dirancang dengan soal-soal kebanyakan studi kasus atau penalaran lanjutan dari teori yang sudah ada. Inilah sebenarnya yang mesti kita buat kalau ingin lebih melatih kreatifitas dan memajukan pola pikir seseorang. Jadi sekarang mungkin bisa dijadikan wacana sebagai perubahan model untuk lebih terbuka dari sebelumnya, karena bagaimanapun juga itu akan lebih efektif.

11.6    ALASAN SISWA MENCONTEK
Belajar berarti proses aktivitas mental yang terjadi melalui interaksi aktif individu dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan perilaku pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai yang relatif konstan. Siswa-siswi ada peluang mencontek karena proses pembelajaran selama ini lebih menekankan pada monodisiplin ilmu. Setiap guru hanya sibuk dengan materi mata pelajaran atau bidang studinya. Guru hanya berorientasi target menyelesaikan materi sehingga ada banyak konsep dan teori yang diberikan kepada peserta didik.
Walaupun kurikulum tingkat satuan pelajaran menetapkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), praktiknya belum mendapat perhatian. Guru kurang, bahkan tidak memperhatikan proses pembelajaran yang menantang, menyenangkan, mendorong siswa bereksplorasi dan mengembangkan kecakapan berpikir.
Guru harus mendorong siswa berpikir tentang apa yang baru dipelajari, menghubungkan pengetahuan (konsep atau teori) dengan melakukan refleksi pada apa yang telah diperoleh, manfaatnya, dan bagaimana selanjutnya dalam hidup siswa. Maka, guru perlu reorientasi pembelajaran yang monodisiplin ilmu.

11.7    PENANGANAN BUDAYA MENCONTEK
Budaya mencontek itu sepertinya sudah mendarah daging, jadi perlu penanganan dari semua pihak, antara lain:
1.      Dari pihak pengajar atau guru, harus bertidak tegas saat ujian dengan cara benar-benar mengawasi murid-muridnya saat ujian serta memberikan sangsi yang tegas dan membuat jera baik kepada yang mencontek dan yang memberikan contekan
2.      Lebih sering mengadakan ujian lisan. dengan begitu murid-muridnya tidak mempunyai pilihan lain selain belajar dan percaya pada diri sendiri. Mungkin dengan begitu lama kelamaan para murid jadi lebih terbiasa untuk percaya pada dirinya sendiri
3.      Untuk para muridnya, jangan takut melaporkan kecurangan yang dilakukan oleh teman. Karena ada beberapa murid yang tidak mau melaporkan temannya yang mencontek karena alasan solidaritas dan sebagainya
4.      Untuk orang tua dan guru, harus menanamkan sikap jujur dan percaya diri sejak dini kepada anak. Tetapi bukan cuma sekedar teori, tetapi juga menunjukkan teladan atau contoh yang baik.

by : poespha



0 Response to "BUDAYA MENCONTEK"

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Mas/mb
Kami senang Jika anda berkenan